Selasa, 05 Februari 2019

Lara (part 2)

Kau tahu hal yang indah dalam mencintai?
Hal yang paling indah dalam mencintai adalah dicintai.
Namun ada hal yang lebih indah dari itu, kau tahu itu apa?
Iya, itu adalah mengikhlaskan.

Sempilan kalimat yang ku baca ulang di secarik kertas kumal yang sudah mulai robek dari ujung tiap lipatannya. Surat yang sudah ditulis 4 tahun lalu. Kisah peninggalan seseorang yang sangat indah dan berarti dalam hidupku. Kala itu rasa bahagia yang takkan bisa terbeli.
Kini kalimat itu berguna lagi bagiku. Kalimat yang ku buat sendiri kala itu. Aku harus menggunakannya kembali pada hidupku saat ini dan mengulang cerita untuk melupakan. 
Setiap perjalanan hidup mempunyai kisahnya masing-masing. Semua mempunyai histori yang berbeda-beda dan semua mempunyai cerita indah yang pernah terangkai.
Pandanganku masih sedikit buram akibat lelap yang baru saja terhinggap dalam malam hujan kemarin. Melihat tanggal dan jam yang berada pada sudut dinding kamar. Arah menunjukan pada angka mendekati 5, suara azan yang bersautan mulai terdengar jelas perlahan. Secarik kertas lain yang tergeletak diatas meja pun mengingatkanku pada waktu yang tidak lama lagi. Sebuah kertas tiket travel menuju kota Semarang. Ya, kali ini aku membeli tiket travel menuju Semarang bukan menggunakan kendaraan pribadi karena aku harus menuju bandara untuk pergi dari Negara ini. Negara tercinta dimana banyak hal indah yang tidak akan kutemui diseluruh penjuru bumi lain. Pun begitu dirimu yang ku anggap indah dalam ceritanya.
Waktu sudah tidak lama lagi, masih ada waktu satu hari sebelum pergi meninggalkan negara ini untuk sementara. Waktu itu takkan kusia-siakan dirumah. Tiket travelku pun sengaja ku beli untuk perjalanan sehari sebelum menuju bandara. Alasan itu yang jelas adalah untuk menikmati sehari terakhir di kota sejuta kenangan. Kota dimana aku merangkai berbagai cerita indah, termasuk denganmu. Mu-yang aku sebut orang yang kini memiliki arti indah dalam hidupku diwaktu tertentu pula. Semua cerita mempunyai porsinya masing-masing, dan kamu pun mempunyai cerita indah dalam hidupku diwaktu yang berbeda dengan kebahagiaan dan keindahan yang berbeda pula. Setiap perjalanan waktu punya ceritanya masing-masing. Dan semuanya punya porsinya masing-masing untuk dianggap indah. Tak ada yang terbaik pun tak ada yang terburuk. Semua tak ada yang bisa dibandingkan.
Ya, soal banding membanding, kesalahan terbesarku adalah membandingkan setiap cerita yang kurangkai dari berbagai inti keindahan tersebut. Aku menyadari stidak semua cerita bisa dibanding-bandingkan karena mereka mempunyai waktunya sendiri dan mempunyai ceritanya sendiri. Sudah punya porsi yang tak bisa dibandingkan atau digantikan.
Aku takkan pernah melupakan kisah masalaluku dengan siapapun, karena aku menyadari, kenangan takkan bisa dilupakan dengan cara apapun, hanya perlahan tertumpuk dengan kenangan-kenangan baru yang mulai berdatangan. hHingga kenangan lama mulai tak terlihat namun suatu saat bisa muncul kembali bahkan waktu bukan cara untuk menghapuskan cerita lalu, tapi hanya melumpuhkan sementara ingatan karena seiiring berjalannya waktu, cerita terus terkumpul dalam tiap ingatan hingga perlahan tertutumpuk tak terlihat.
Kesalahan yang sangat besarku, menggunakan kamu sebagai media melupakan masalaluku, mencoba menghapus setiap kenangan dalam rekam jejak tempat yang pernah menjadi kenangan indah. Mencoba memaksa hatiku untuk melupakan, namun semua itu tidak akan berhasil dan justru menjadi sebuah masalah baru. 
Dan kini, aku menanggung apa yang aku lakukan, aku menyadari semua adalah kesalahanku dan aku sangat menyesali lakuku sendiri. Namun, hal yang bisa ku pelajari, setiap perjalanan mempunyai transisi perpindahan. Dan aku mengakui jujur telah jatuh pada dekapan cerita yang ku buat bersamamu. Mungkin kau hanya menganggap semua itu pelampiasan, hal biasa dalam mencintai dan dicintai, dan sebagai cerita biasa yang tak penting bagimu, namun sesungguhnya setiap cerita bersamamu sedetik pun sangat berharga dan penting. Karena kamu adalah alasanku untuk tersenyum. Kamu adalah cerita bahagiaku di cerita saat ini. Kamu seperti indahnya pagi ini.
Lamunanku tak sadar membawaku mepukan waktu yang telah berputar cepat hingga aku sudah hampir sampai dalam perjalanan menuju kota sejuta ceritaku. Berharap sehari ini aku bisa menikmati masa-masa mengenang di kota ini dan memanfaatkan waktu dengan baik. Meskipun bertemu kamu adalah sebagai bonus kalaupun bertemu tanpa disengaja. Karena sudah beberapa waktu sudah hilang kabar darimu. Entah mungkin kamu sudah menghilang dari rencana Tuhan yang terbaik atau kamu  menyengaja menghilangkan jejak dariku. Karena nomor ponselmu pun sudah tidak aktif lalu setiap sosmedmu tak pernah terlihat lagi. Mungkin kau sudah menggantinya dengan nomor baru tanpa memberitahuku, atau mungkin aku benar-benar sudah kehilangan sepenuhnya jejakmu karena kamu menghindarinya untuk diketahui olehku.
Entah apapun itu, yang kutahu aku memang tak pernah sedikitpun berarti dalam hidupmu, apalagi orang yang membuatmu berarti. Meski aku selalu berharap aku masih punya cerita dalam kenanganmu yang terindah bukan yang terburuk.
Langkah kaki ini perlahan sudah menginjakan di kota yang menampungku selama hampir 5 tahun belakangan ini. Ku mulai menyusuri setiap sudut kenangan yang pernah terangkai dalam tiap ceritaku disini. Mulai dari mengunjungi kerabat-kerabat lama yang pernah menjadi cerita lain dalam hidupku. Dilanjut pada tiap-tiap cerita suka duka hidup disini, mulai dari warung makanan, mainan, lokasi wisata hingga tiba pada tempat dimana menjadi ikonku untuk selalu kembali kesini. Sebuah tempat bernama banjir kanal, tempat faforitku disetiap lintas cerita, serta ku lanjut susuri kanal hingga tiba pada pantai yang bernama marina, pantai dimana sangat banyak pula cerita yang terangkum dalam kenangan indah, pun katanya sebagai tempat faforitmu di kota ini, entah sekarang masih menjadi faforit pertama atau sudah beralih seakan cerita baru yang kau tulis disana. 
Hingga tiba pada senja yang mungkin akan menjadi akhir dari nostalgia ingatanku kali ini. Malam ini aku harus sudah kembali siap-siap untuk mempersiapkan perjalanan pergi. Namun senja di Marina nampaknya tidak akan menjadi tempat terakhir ku menikmati kota ini, hanya mengakhiri nostalgiaku kali ini. Aku melanjutkan menuju bukit pinggir kota yang belum ku tulis cerita dalam kenangan masalalu. Bukit yang tak jauh dari bandara karena pukul empat pagi aku harus lepas landas. 
Malam yang kunikmati perlahan melihat kerlap-kerlip indahnya kota ini dari ketinggian, dengan angin malam yang menghembus perlahan ke arah tubuhku. Ketenangan dan nafas yang kunikmati disetiap hembusan. Kali ini aku berpikir, seandainya aku tak akan bisa kembali menemuimu di kota ini lagi, melihat renyah canda riangmu, serta gelak tawa yang kau hadirkan didepan mataku. Ku akui aku benar-benar rindu, namun aku menyadari aku takkan bisa berani mencarimu lagi karena aku takut hadir dalam hidupmu lagi untuk merusak ceritamu kembali. Hanya bisa ku akhiri menatap indahnya lampu kota yang indah ini dengan menuliskan dalam sobekan kertas kecil yang aku sobek dari buku diariku diiringi lagu dari Fiersa Besari - Garis Terdepan. Ku tuliskan selarik kalimat, lalu ku terbangkankan lewat angin yang berhembus pada bukit di malam ini, lalu ku kembali melangkahkan kaki menuju bandara dengan sedikit senyuman ikhlas untuk meninggalkan kota ini.

Saat terbaik dalam hidupku adalah dengan kamu (:

11 Januari 2019

Rabu, 30 Januari 2019

Lara (part 1)

Malam ini ku dengarkan lirih suara dalam laptopku "Ketika senja datang ku merasakan setengah diriku menghilang, bagaikan tak berdosa kau hancurkan rasa yang selama ini kutanam. Saat semuanya tlah pergi, bayangmu kembali mengisi, entah apa yang kau mau ku tak berhak lagi tuk mengungkit lagi. Menghapus luka yang pernah kau lukis di kanvas hatiku, merobek semua bayangan yang tampak direlung sukmaku........"
Sebuah lagu dari Dialog senja berjudul Lara. Lagu yang mengalun tanpa sengaja saat laman youtube yang aku buka memutar acak setelah menyetel lagu dari Figur Renata. Sesaat tanpa sengaja ku menyesapi setiap lirik dalam lagu tersebut, sambil memandang ke arah jendela tepat sang awan sedang menangis membasahi malam ini.
Ada sebuah bait-bait ingatan yang masuk dalam pikiranku malam ini, sebuah rasa ketika sedang mengalami jatuh hati lalu terluka, mengingat pernah memiliki bahagia dan canda dari orang yang aku sayangi kala itu. Renyah terdengar senyuman dan tawa yang selalu menggiringku dalam setiap keceriaan senja kala itu di Semarang.
Senja kala itu di sebuah pantai Semarang, meskipun sampah membanjiri setiap pinggir pantai, aku tetap menikmati senja itu bersama hal yang bisa disebut bahagiaku.
Dalam pikiranku berbicara, terkadang kita perlu jatuh hati pun perlu patah hati hati, karena dengan begitu kita punya cerita dalam setiap tawa dan duka diwaktu tertentu, dan bisa menjadi nostalgia saat kita sedang kesepian ataupun bosan dengan kejenuhan hidup yang aku pikir sumpek untuk dirasakan dalam hati. Dengan merenung sejenak menikmati malam beserta hujan yang jatuh pada malam kedua tahun baru ini. Merebahkan segala penat dalam tubuh serta pikiran yang gusar akan masadepan.
Mengingat masa-masa dimana dulu, aku pernah sangat menikmati hidup bersama hati. Ya, kala itu aku memiliki hati dan hatipun dimiliki olehku. Bahagiaku, cahayaku, semangatku yang membuatku menikmati setiap proses belajar di kota orang. 
Di dalam hening yang menangis terlalu dalam ini, aku menyesapi segala rinduku akan segala kesalahan yang pernah aku rasakan. Pertikaian antar dua manusia yang saling jatuh cinta, terbuai ego hingga saling posesif dan merasa sebuah cinta adalah segalanya yang bisa membuat hidup bahagia serta menghancurkan dunia. Melakukan segala kesalahan-kesalahan kecil saat usia memang sedang labil-labilnya sebagai insan yang menikmati merah jambu. 
Cerita itu sungguh melukiskan kanvas hatiku yang terbaik dan diwaktu yang selalu beriringan dengan apa yang sedang aku ingin aku tulis dalam kanvas tersebut. Sebuah perasaan kasih yang aku rasa itu benar nyata apa adanya tanpa ada hal-hal semacam alasan karena kecantikan wanita, keramahan seorang perempuan, ataupun kebaikan yang dimiliki suatu insan. Perasaan itu sungguh murni meski sedikit dikotori dengan noda-noda gombal yang selalu tercetus saat bersama. Tidak ada alasan bisa memiliki perasaan tersebut, alasanku untuk tersenyum karena hadirnya dia dalam kehidupanku. Setiap hela nafasku selalu terasa nyaman.
Setiap keceriaan pasti pula sering terjadi kesedihan. Kesedihan akan perasaan yang terlampau besar sehingga mengakibatkan rasa tidak rela jika sebuah perasaan untukku harus dibagi. Sebuah sakit hati karena ada fase dimana rasa bosan itu terjadi disalah satu insan yang saling menjalin kisah cinta.
Fana memang yang terjadi saat itu sudah tidak akan bisa kembali lagi, namun masih selalu ada memori yang terkadang terbuka diwaktu yang tidak kita tentukan juga. Sebuah kisah dimana aku bisa menikmati fase dalam kehidupan.
Kini pun saat aku merasakan perasaan itu hadir dalam ingatan, aku hanya bisa tersenyum lalu menundukan kepala seraya mendoakan hal yang sudah pergi. Dan malam ini aku menikmati kesunyian ini. Dengan segala nostalgia dalam pikiranku. Sedikit melupakan penat hidup yang sekarang sudah sangat berbeda tak sesantai dulu. Kehidupan semakin lama semakin menjadi hal yang tidak bisa dinikmati lagi. Hingga tiba mataku mulai berat dan merobohkan tubuhku dalam kasur dekat jendela kamarku. 
Lagu dalam youtube yang masih memutar secara acak, mulai memutarkan sebuah lagu yang mengantarkanku untuk tidur. Lagu yang sedang diputar dari Payung Teduh berjudul Tidurlah mengakhiri cerita malam ini bersama pejaman mataku yang mulai terlelap.


Bersambung.....

Senin, 21 Januari 2019

Kosong (Hidup segan, mati pun belum)

Ada kisah yang harus dilupakan. Ada cinta yang harus diikhlaskan. Ada kamu yang harus ku hapuskan.

Kadang hidup ini tak sesuai dengan apa yang kita inginkan, bahkan kita hanya bisa mengkhayal untuk mengabulkan apa yang kita inginkan tapi tidak pernah kita dapatkan. Seperti halnya sebuah cerita hati. Tidak ada kasmaran yang lepas dari terluka. Tidak ada kebahagiaan yang lepas dari kesedihan. Semua itu bersatu dan tak pernah terpisahkan. Jika yang didapati hanyalah salah satu diantara mereka, berarti itu tidak nyata. Perlu kau pertanyakan dengan hidupmu yang palsu.
Hidup memang selalu mengalami dua fase, bisa dikatakan fase ples dan fase minus. Anggap saja seperti itu, intinya hidup yang ideal adalah hidup yang balance. Kita akan selalu mengalami kedua fase tersebut.
Kali ini, aku benar-benar tidak tahu berada pada fase apa, yang jelas aku merasa tidak punya keinginan apapun, seakan-akan hidup segan mati tak mau. Aku mengalami kebosanan dalam menjalani hidup. Aku bosan untuk tidur, aku bosan untuk duduk, dan aku bosan untuk berdiri. Entah mungkin aku ingin terbang, karena hal tersebut yang belum pernah aku lakukan selama hidup. Lagi-lagi imajinasilah yang bermain dengan hatiku. Karena satu-satunya yang dapat menjawab semuanya hanya imajinasiku. Tak akan ada orang yang bisa mengerti dan kompromi untuk berbagi cerita.
Saat ini aku sedang merasakan, apa yang harus aku lakukan selanjutnya, aku tidak punya tujuan hidup setelahnya akan apa. Seperti dulu saat masih mengerjakan skripsi. Saat skripsi, aku selalu mengejar waktu dan mempunyai target harus selesai tepat pada waktu yang saya tentukan sendiri, hingga pada akhirnya aku mencapai hal tersebut dan bisa menunggu saat-saat sidang. Saat sidang aku pun menanti dan memikirkan setelah ini aku harus menyiapkan berkas persiapan wisuda. Dan hal tersebutpun sudah ditargetkan dan dibayangkan harus bagaimana selanjutnya, hingga setelah wisuda datang aku bmasih berpikir setelah ini aku harus apa. 
Dari urutan tersebut hidupku masih mempunyai target kedepan, ada hal yang ingin dinantikan dan ditunggu-tunggu, hingga pada akhirnya setahun kemudian tepatnya saat ini aku benar-benar merasakan buntu. Entah apa yang akan kulakukan selanjutnya, aku tidak peduli lagi dengan waktu yang terus berputar dan tanggalan yang selalu berganti hari demi hari kulewati tanpa memiliki tujuan arah yang jelas. Entah saat ini aku tidak memikirkan hal-hal untuk masadepan lagi. Serasa hidupku kacau, tapi bukan kacau karena tertekan banyaknya masalah maupun datang ujian hidup yang memberatkan. Namun, ini lebih berat lagi karena ketika kita sedang memiliki masalah dan merasa kacau dengan hidup pasti kita masih memikirkan bagaimana untuk lepas dari masalah tersebut untuk kedepannya. Namun, ini seperti aku tidak punya masalah aku pun tidak punya kebahagiaan. Hidup berasa hampa, seakan-akan untuk apa hidup selanjutnya. Dan aku memahami segalanya yang sedang terjadi. Semua itu karena aku tak lagi memiliki tujuan hidup dan tak punya harapan apapun. Seperti manusia yang tidak mempunyai hati dan perasaan. Aku sangat sadar ternyata sebuah perasaan sangat berpengaruh kepada hidup yang flat.
Ketika kita merasa jatuh cinta bahkan sedang cinta-cintanya dengan sesuatu, pasti kita mempunyai tujuan untuk mendapatkannya dan berharap kebahagiaan, pun sama ketika kita sedang merasa terluka karena patah hati, karena apa yang kita inginkan mengecewakan, kita pasti memiliki tujuan untuk melupakan, punya keinginan untuk berharap luka itu mengering dan kembali bahagia. Semua itu jelas mewarnai kehidupan yang seimbang. Dan saat ini aku tidak merasakan apapun itu. Hidupku hampa dan tidak punya tujuan apapun lagi untuk hidup. Aku tidak punya alasan apapun lagi untuk meneruskan hidup. Aku tidak punya keinginan, aku tidak punya tujuan, aku tidak punya semangat, aku tidak punya beban dan luka, aku tidak punya target, dan aku tidak punya kenangan yang tertinggal. Seakan-akan semuanya terlupakan. Kisah cinta, luka dan bahagia. Kisah perjalanan hidup dari sekolah sampai berkuliah ke luar kota. Kisah persahabatan dengan orang-orang dekat. Bahkan aku merasa tidak memiliki siapa-siapa, bahkan sosial media pun sudah jarang aku pakai untuk bermain, stalking, bahkan untuk berkomunikasi dengan semua orang. Aku menjadi over introvert didalam kamar. Dianggap gila, aku masih waras, dianggap mati aku masih bernafas, dianggap kerasukan jin aku masih sadar untuk beribadah. 
Mungkin semuanya kembali pada parangraf pertama diatas. Semua sudah kulupakan. Bahkan aku sempat mempunyai tujuan hidup untuk menghapuskan yang sudah terjadi, sampai dengan apa yang sudah aku rasakan. Aku pernah memiliki kekasih yang mati, aku sudah melupakan hingga aku mencintai seseorang yang sempat menjadi adik bagiku pun sudah ku lupakan. Hingga kini aku seperti memori card yang terformat bersih tanpa isi dan tergeletak tak lagi terpakai namun tidak rusak. Kosong dan tak dibutuhkan, namun masih berfungsi.